Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Makalah Hidrosipalus Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari

Makalah Hidrosipalus Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari


TUGAS MAKALAH
DOSEN : Santi Muslan, SST

“HIDROCEPALUS”





Disusun oleh :

Kelompok 12

     Fitriani Novitasari
Miftahul Jannah
     Salni


AKADEMI KEBIDANAN PELITA IBU KENDARI
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha ESA karna kasih dan karunianya telah memberikan kesehatan dan kekompakan kepada kita semua untuk menjalan aktifitas dengan tidak kurang satu apapun. Bukan hanya itu, tetapi kemampuan untuk berfikir yang baik sehingga menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap orang lain dan diri sendiri.
            Sehingga dengan penuh tanggung jawab dan dewasa kami dapat mengembangkan tugas yang diberikan, dengan tujuan untuk menjadi Bidan yang berkualitas dan bermutu. Dengan tugas ini, kami dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada orang lain untuk dapat menghindarkan segala jenis tindakan yang merugikan diri sendiri pada khususnya dan orang lain pada umumnya.
            Kami berharap bukan hanya diketahui, tetapi hindarkan diri dari hal – hal yang tak bermanfaat sacara positif.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar kepada pembaca. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami perlukan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Assalamu alaikum wr. wb

                                                                                                Kendari, Oktober 2011

                                                                                                            Penulis





DAFTAR ISI
BAB  I PENDAHULUAN
A.      Latar Balakang ……………………………………………………………………….
B.      Rumusan Masalah……………………………………………………………………
C.      Tujuan………………. …………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN………………………………………………………………………..
B.      PENYEBAB………………………………………………………………………………
C.      KLASIFIKASI…………………………………………………………………………….
D.     TANDA DAN GEJALA………………………………………………………………
E.      PENANGANAN DAN PENGOBATAN………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.        Kesimpulan ……………………………………………………………………………
B.        Saran …………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Banyak kegunaan air bagi tubuh kita. 50-70 % komposisi tubuh kita terdiri dari cairan yang membuat metabolisme tubuh bisa terus berjalan. Namun yang tidak kalah penting adalah manajemen siklus cairan tubuh yang beredar diseluruh tubuh. Kepala bukanlah pengecualian.

Hydrochepalus berasal dari kata Hydro : air dan Cephalus : kepala. Secara medisnya, kondisi Hydrocephalus merupakan "Penumpukan cairan cerebrospinal ( CSF ) dikepala sehingga menyebabkan pembesaran ruang di otak ( ventrikel )"

Thanman (1984) melaporkan insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Raveley (1973) cit Yasa (1983) di Inggris melaporkan bahwa insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada setiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Hidrosefalus dengan meningomielokel, yaitu antara 4 per 1000 kelahiran di beberapa negara bagian wales dan Irlandia Utara sampai sekitar 0,2 per 1000 kelahiran di Jepang. Sedangkan insidensi hidrosefalus bentuk lainnya sekitar 1 per 1000 kelahiran. Stenosis akuaduktus ditemukan pada sekitar sepertiga anak dengan hidrosefalus (Huttenlocher, 1983).
Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Harsono, 1996).


B.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian hydrocepalus ?
2.      Apa penyebab terjadinya hydrocepalus ?
3.      Bagaimana klasifikasi hydrocepalus ?
4.      Bagaimana tanda dan gejala hydrocepalus pada neonatus ?
5.      Bagaimana penanganan dan pengobatan hydrocepalus pada neonatus ?



C.      TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian hydrocepalus.
2.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya hydrocepalus.
3.      Untuk  mengetahui klasifikasi hydrocepalus.
4.      Untuk  mengetahui tanda dan gejala hydrocepalus pada neonatus.
5.      Untuk mengetahui penanganan dan pengobatan hydrocepalus pada neonatus.
 


BAB II
PEMBAHASAN

A.            PENGERTIAN

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Hassan, 1983). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal (Huttenlocher, 1983). Hidrosefalus bukan suatu penyakit yang berdiri sendiri. Sebenarnya, hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (Wiknjosastro, 1994).

Hydrocephalus berkembang jika aliran cerebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi yang berlebihan cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermiten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak-anak yang disebabkan oleh papiloma pleksus, yang dapat diatasi dengan operasi.

http://www.perinatology.org.tr/online/Users/569260046ercan/1672/PD-1656-Resim-4.jpg

Pembesaran kepala abnormal merupakan gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Pada kasus hidrosefalus kongenital yang berat dimana kepala bayi yang besar dapat mempersulit proses kelahiran, sedangkan pada bentuk yang lebih ringan, kepala berukuran normal saat lahir, tetapi kemudian tumbuh dengan laju berlebihan (Huttenlocher, 1983). Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Pada anak hidrosefalus, umur satu tahun lingkaran kepala itu menjadi 45 cm (Ngoerah, 1991). Pada masa neonatus, pengukuran lingkar kepala setiap harinya penting dalam menentukan proresivitas dari hidrosefalus. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal (Huttenlocher, 1983). Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa


B.            ETIOLOGI

Hydrocephalus dapat berhubungan dengan beberapa sebab termasuk cacat sejak lahir, pendarahan di otak, infeksi, meningitis, tumor, atau cedera kepala. Banyak bentuk dari hydrocephalus adalah hasil dari terhambatnya cairan cerebrospinal di ventrikel (di otak bagian tengah. Pada cacat sejak lahir, kerusakan fisik dari aliran cairan ke ventrikel biasanya menyebabkan hydrocephalus. Hydrocephalus biasanya mendampingi cacat sejak lahir yang disebut spina bifida (meningomyelocele).

Melihat banyaknya kasus hydrocephalus yang terungkap akhir-kahir ini, sepertinya ada keadaan bahwa semakin buruk kondisi ekonomi sebuah keluarga semakin banyak atau besar kemungkinan tertimpa kasus hydrocephalus. Lebih dari 90 persen penyakit ini diderita oleh keluarga yang kurang mampu.



C.            KLASIFIKASI

Terdapat 4 klasifikasi hydrocephalus, yaitu:
a. Menurut gambaran klinik
Dikenal hydrocephalus yang manifes (Overt hydrocephalus) dan hydrocephalus yang tersembunyi (Occult hydrocephalus). Hydrocephalus yang nampak jelas dengan tanda-tanda klinis yang khas disebut hydrocephalus manifes, sementara itu hydrocephalus dengan ukuran yang normal disebut hydrocephalus yang tersembunyi.
b. Menurut waktu pembentukan
Dikenal dengan hydrocephalus congenital dan hydrocephalus akuisita. Hydrocephalus yang terjadi pada neonatus atau yang berkembang selama intra-uterin disebut hydrocephalus congenital sedangkan hydrocephalus yang terjadi karena cidera kepala selama proses kelahiran disebut hydrocephalus infantil, sedangkan hydrocephalus akuisita adalah hydrocephalus yang terjadi setelah masa neonatus atau disebabkan oleh faktor-faktor lain setelah masa neonatus.
c. Menurut proses pembentukan
Dikenal hydrocephalus akut yaitu hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorpsi cairan serebro spinal, dan hydrocephalus kronik yaitu apabila perkembangan hydrocephalus terjadi setelah aliran cairan serebro spinal mengalami obstruksi beberapa minggu.
d. Menurut sirkulasi cairan serebro spinal
Dikenal hydrocephalus komunikans dan Hydrocephalus non-komunikans. Hydrocephalus komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara cairan serebro spinal system ventrikulus dan cairan serebro spinal dari ruang subarachnoid, hydrocephalus non-komunikans berarti cairan serebro spinal system ventrikulus tidak berhubungan dengan cairan serebro spinal ruang subarachnoid.


D.           TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala hydrocephalus tergantung pada usia penderita.

Tanda pada bayi
Bayi di bawah 1 tahun akan memberikan gejala pembesaran kepala karena tulang tengkorak belum bersatu (ubun-ubun belum menutup). Selain kepala yang membesar, tanda lainnya:
·   Ubun-ubun membonjol,
·   Ada celah antara tulang tengkorak,
·   Peningkatan lingkar kepala,
·   Pembuluh darah yang membesar di kulit,
·   Mata yang turun ke dalam kelopak mata bawah (sehingga tidak terlihat seluruhnya).
Bayi / anak dapat juga mengalami muntah, kejang, tidur terus-menerus, rewel. Pada kasus yang berat anak dapat gagal tumbuh atau tidak berkembang sesuai usianya.


Tanda pada anak besar
Pada anak yang sudah tertutup ubun-ubunnya maka tidak mudah mengenali pembesaran kepala karena penumpukan cairan di dalamnya. Pada keadaan ini peningkatan tekanan pada otak menyebabkan sakit kepala berat pada tengah malam atau pagi hari. Sakit kepala dapat disertai:
·   Mual dan muntah,
·   Tidur terus menerus,
·   Gangguan keseimbangan dan motorik,
·   Pandangan ganda,
·   Juling,
·   Kejang.

Perubahan perilaku, kehilangan kemampuan seperti berjalan atau berbicara dan gangguan ingatan dapat muncul pada keadaan yang sudah lanjut. Gelisah, sakit kepala, seizures dan perubahan kepribadian seperti tidak mampu berkonsentrasi dan mengingat bisa terjadi. Mengantuk dan pandangan menjadi dua adalah gejala umum perkembangan hydrocephalus. Kalau kepala sudah makin besar baru pembuluh darahnya itu menonjol di kepala dan matanya seperti melirik ke bawah dan ini tanda-tanda sudah terlambat.



E.            PENANGANA DAN PENGOBATAN


Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1.      Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus khoroidalis dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya kurang memuaskan. Obat-obatan yang berpengaruh disini antara lain ; diamox (asetazolamid), isosorbit, manitol, urea, kortikosteroid, diuretik dan fenobarbital,
2.      Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subaraknoid. Misalnya Torkildsen ventrikulosisternostomi pada stenosis akuaduktus Silvius. Pada anak hasilnya kurang baik karena sudah ada insufisisensi fungsi absorbsi
3.      Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial dengan cara ; ventrikuloperitoneal drainage, ventrikulopleural drainage, lumboperitoneal drainage, ventrikuloretrostomi, mengalirkan kedalam antrum mastoid, mengalirkan CSS kedalam vena jugularis melalui kateter berventil (Hoten-velve) (Hassan, 1985).

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 2 mg/kg BB/kali) atau upaya meningkatkan resorbsinya (isorbid). Terapi di atas hanya bersifat sementara sebelum dilakukan terapi definitif diterapkan atau bila ada harapan kemungkinan pulihnya gangguan hemodinamik tersebut; sebaliknya terapi ini tidak efektif untuk pengobatan jangka panjang mengingat adanya resiko terjadinya gangguan metabolik. Drainase likuor eksternal dilakukan dengan memasang kateter ventrikuler yang kemudian dihubungkan dengan suatu kantong drain eksternal.

2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)
Tindakan alternatif selain operasi “pintas” (shunting) diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang mengalami sumbatan di dalam sistem ventrikel termasuk juga saluran keluar ventrikel IV (misal: stenosis akuaduktus, tumor fossa posterior, kista arkhnoid).
Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacam ini perlu dipikirkan lebih dahulu, walaupun kadang lebih rumit daripada memasang shunt, mengingat restorasi aliran likuor menuju keadaan atau mendekati normal selalu lebih baik daripada suatu drainase yang artifisial.
Terapi etiologik. Penanganan terhadap etiologi hidrosefalus merupakan strategi yang terbaik, seperti antara lain misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Memang pada sebagian kasus perlu menjalani terapi sementara dahulu sewaktu lesi kausalnya masih belu dapat dipastikan atau kadang juga masih memerlukan tindakan operasi pintas karena kasus yang mempunyai etiologi multifaktor atau mengalami gangguan aliran likuor sekunder.



3. Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
Sebagian besar pasien memerlukan tindakan operasi pintas, yang bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas drainase(seperti: peritoneum, atrium kanan, pleura). Pemilihan kavitas untuk drainase dari mana dan kemana, bervariasi untuk masing-masing kasus. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum, mengingat ia mampu menampung kateter yang cukup panjang sehingga dapat menyesuaikan pertumbuhan anak serta resiko terjadinya infeksi berat relatif lebih kecil dibandingkan dengan rongga atrium jantung. Lokasi drainase lain seperti: pleura, kandung empedu dan sebagainya, dapat dipilih untuk situasi kasus-kasus tertentu. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Belakangan ini drainase lumbar jarang dilakukan mengingat ada laporan bahwa terjadi herniasi tonsil pada beberapa kasus anak.



BAB III
PENUTUP
A.            KESIMPULAN

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Hassan, 1983). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal (Huttenlocher, 1983).
Hydrocephalus berkembang jika aliran cerebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi yang berlebihan cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermiten setelah suatu infeksi atau trauma.

B.            SARAN

Seorang bidan harus mengantisipasi kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada bayi sejak dalam kandungan yakni dengan memberikan asuhan antenatal yang baik pada ibu hamil.


 
DAFTAR PUSTAKA

kuliahbidan.wordpress.com/2008/10/27/hydrocephalus/

widagdomahendro.wordpress.com/2010/07/23/hydrocephalus/




0 komentar:

Posting Komentar